top of page
Search
Writer's pictureZulcar Chaeril

Perjalanan menuju pulau Sumba! Pulau kaya akan destinasi alamnya


Sumba Timur
Bukit Mauliru

Pulau Sumba! Sudah lama mengimpikan untuk bisa mengunjungi pulau ini. Nama pulau Sumba memang masih kalah pamor dengan pulau yang ada disekitarnya. Sebut saja pulau Bali, Lombok dan juga Labuan Bajo. Tapi, bukan tanpa alasan pulau ini kalah dengan pula disekitarnya, Mulai dari harga hingga tiket yang tinggi dan harga open trip dari agen wisata yang terbilang mahal membuat saya sedikit menahan diri untuk menjadikannya destinasi selanjutnya.


Pulau Sumba ini unik, umumnya pulau di Indonesia khususnya Indonesia timur terkenal dengan keindahan dan eksotisme kepulauan sekitar dan pantainya. Namun Sumba sesungguhnya lebih lengkap, tidak hanya menyajikan pantai yang eksotis tapi juga pulau ini memiliki hamparan bukit yang indah, padang savana yang luas dan air terjunnya yang masih alami. Nggk bakal rugi untuk datang ke pulau yang menjadi latar belakang film Marlina dan Susah Sinyal ini.


Suatu hari seorang teman yang pernah berkelana bersama menghubungiku untuk mengajak ke Sumba. Tidak bohong, asli saya kaget bercampur bingung pasalnya saat itu kondisi keuangan belum stabil. Dilema ingin ikut atau tidak karena tawaran biayanya bisa dibilang terjangkau.


Setelah berdikusi panjang dan bertapa di bilik merenung akhirnya saya pun mengiyakan untuk ikut dalam perjalanan ini. Memberanikan diri dengan kondisi keuangan yang bisa dibilang pas-pasan sembari berdoa selama niat baik in syaa Allah ada jalannya. Nyatanya memang selalu ada jalan keluar selama kita percaya dan yakin akan ada selalu kejutan dari Allah untuk hambanya.




Akhirnya untuk menghemat biaya keberangkatan kami memilih jalur laut untuk bisa sampai di Sumba. Keberangkatan kami dari ibukota berbeda-beda, seperti biasa saya selalu mengambil flight malam agar bisa berangkat setelah sepulang kerja, untuk menghemat cuti.


Perjalanan pertama dari ibukota saya menggunakan pesawat dengan tujuan Bali, setibanya di Bali kami berkumpul tengah malam dan melanjutkan perjalanan bersama menuju padang bay dan menaiki kapal roro selama lima jam untuk bisa bisa sampai di pulau Lombok. Yeee sampai pelabuhan Lembar, selanjutnya kita akan berangkat menuju Waingapu menggunakan kapal Pelni Egon. Nah, ini adalah tantangan sebenarnya. Kami akan berada di kapal Pelni Egon selama 26 jam, keberangkatan kami tepat waktu pada pukul 13.00 WITA dan akan tiba di kota Waingapu pada pukul 15.00 WITA keesokan harinya.


Pengalaman di KM Egon selama 26 jam.


Sesungguhnya berada dikapal selam 26 jam sangatlah membosankan, tapi ini adalah transportasi paling murah yang bisa kami gunakan demi menghemat biaya. Setiap tiket yang telah kami pegang sebenarnya sudah mendapat nomor kasur masing-masing namun sepertinya tidak berpengaruh karena untuk bisa mendapat kasur siapa dulu yang berada disitu itulah yang dapat. Ya singkat cerita untungnya kami mendapat kasur masing-masing dan dapat tidur selama diperjalanan walaupun tidak lama, karena pendingin udara yang tidak maksimal. Selama di kapal kami dapat makan tiga kali sehari. Pagi, siang dan malam yang sudah disiapkan oleh para abk kapal. Mau makan enak? Silahkan bawa lauk tambahan ya.

Akhirnya kapal kami merapat di pelabuhan Waingapu, kami pun perlahan menuruni kapal dan melangkahkan kaki di kota Waingapu. Kota yang berada di Timur pulau Sumba. Perasaan senang dan bahagia mulai kami rasakan setelah terombang-ambing selama 26 jam di lautan lepas.


Kami berencana akan mengeksplorasi Sumba selama 4 hari kedepan. Destinasi-destinasi wisata yang sering saya lihat di Instagram akan kami kunjungi. Tanpa berlama-lama kamipun berjalan menuju parkiran dimana mobil minibus yang telah kami sewa berada.


Setelah tiba, kami langsung menaikki minibus dan langsung menuju bukit persaudaraan. Destinasi pertama ini kami datangi sore hari, sebenarnya waktu yang pas untuk menuju bukit persaudaraan adalah pada sekitar pukul 1 malam karena ada milky way yang menjadi ikon dari bukit ini.


Hari selanjutnya kami masih berada di Sumba timur, kami akan melanjutkan ke destinasi alam lainnya. Bukit Mauliru menjadi tujuan awal kami di hari kedua di Sumba, lokasi perbukitan yang sangat indah. Bentang alam perbukitan dengan jalan setapak di tengah bukit menambah kecantikan bukit ini.


Setelah puas berfoto-foto kini melanjutkan perjalanan menuju air terjun Waimarang, nah ini adalah salah satu bucket list saya. Air terjun ini merupakan air terjun yang bisa dibilang masih alami, berada di dalam hutan kami harus berjalan menyusuri hutan sekitar 15-20 menit untuk bisa sampai di air terjun ini. Namun lelahnya perjalanan sepadan dengan keindahan air terjun ini.


Selepas dari Waimarang kita menuju desa adat Praiyawang, melihat kehidupan masyarakat Sumba dan melihat rumah adat asli Sumba “Rumah Menara”. Saat kami tiba di desa adat Praiyawang adalah hari puncak panas, yang dimana saat puncak panas banyak warga yang tidur pada siang hari. Pada pagi dan sore hari merupakan waktu terbaik mereka untuk bekerja pada hari puncak panas.


Kini saatnya melanjutkan perjalanan ke destinasi pantai Walakiri. Walakiri merupakan pantai yang memiliki keindahan sunset yang sempurnya. Berfoto siluet di antara pohon bakau saat matahari terbenam adalah andalan foto di Walakiri.


Setelah puas dihari kedua menyusuri Sumba timur kini saatnya melanjutkan perjalanan di hari ketiga, hari ketiga ini kita akan melalui jalan yang panjang pasalnya kita akan langsung menuju kota Tambolaka di Sumba Barat. Namun sebelum menuju ke Tambolaka kami menuju ke beberapa destinasi di Sumba Timur dahulu. Diawali dengan menuju Savana Puru Kambera, ini adalah salah satu lokasi pengambilan gambar yang ada di film Marlina. Savana luas dan dan melintang yang diujungnya terlihat sebuah laut lepas.


Lanjut ke air terjun Tanggedu, ya untuk bisa menikmati Tanggedu kami kembali harus berjalan sekitar 30 menit dari tempat parkir kendaraan untuk bisa menuju ke air terjun yang bertingkat yang memiliki tiga mata air. Jalurnya hanya berat di awal dan di akhir mendekati air terjun. Pada awal perjalanan kami disambut dengan turunan bebatuan berpasir yang licin, setelah melalui jalur yang licin, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan savana yang panjang, jalanan datar tanpa ada rintangan. Sebelum turun untuk bisa bisa sampai di air terjun Tanggedu terdapat sebuah warung yang menjual kelapa, rokok dan jajanan lainnya. Lokasi yang pas untuk beristirahat sebelum melanjutkan ke turun ke Tanggedu.


Setelah puas bermain air, kita lanjut ke bukit Wairinding. Destinasi terakhir di Sumba Timur sebelum lanjut ke Sumba Barat. Bukit yang menyerupai rambut belah tengah ini adalah salah satu bukit tercantik yang pernah saya lihat langsung. Cukup mengisi buku tamu serta memberi uang seihklasnya kita sudah bisa menikmati bukit cantik ini. Untuk yang mau koleksi fotonya lebih yahud bisa menyewa kuda dengan harga 50 ribu. Puas mengambil foto di Wairinding, saatnya melanjutkan perjalanan menuju Tambolaka. Perjalanan menuju Tambolaka menghabiskan waktu sekitar 4 jam perjalanan melalui Sumba Tengah, perjalanan berkelok menjadi jalur yang harus kami lalui.


Setelah tiba di Tambolaka pada malam hari, kami langsung beristirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Hari selanjutnya kami menuju desa adat Ratenggaro, desa adat yang tepat berada di samping pantai ini sangat memanjakan mata, selain dapat melihat rumah asli Sumba disini juga kalian bisa membeli souvenir khas Sumba seperti parang, kalung hingga kain tenun khas Sumba. Setelah menikmati desa ada dan berbincang sebentar di desa adat, kini perjalanan dilanjutkan menuju Laguna Weikuri. Laguna Weikuri adalah laguna besar yang berada tepat disamping laut lepas, hanya dipisahkan oleh tebing besar dan tinggi. Air dari laguna ini pun berasal dari air laut. Walaupun tiada ombak layaknya sebuah laut, air di laguna weikuri ini tetap asin. Tapi jangan sedih, ternyata di Weikuri ada loh kolam air tawarnya. Kolam air tawar ini bisa digunakan untuk mandi. Namun letaknya sedikit menjauh dari laguna Weikuri.


Setelah asik berenang, kini saatnya bersantai sembari menyambut malam terakhir di pulau Sumba. Kami mengarahkan minibus kami ke pantai Kita, di pantai Kita terdapat sebuah cafe yang cukup asik di sini. Namanya Cafe Mario, tempat yang pas untuk beristirahat dan bercanda disisi pantai bersama teman perjalanan sebelum esok hari berpisah dan kembali ke kehidupan masing-masing.


Puas menyusuri destinasi-destinasi yang sangat cantik di pulau Sumba, akhirnya kami berada dihari terakhir. Tujuannya hanya satu, yaitu bandara Tambolaka. Tidak ada penerbangan yang langsung menuju Jakarta. Jadi, tujuan kami semua adalah Bali dan kami pun berpisah sesampainya di Bali. Perjalanan dilanjutkan masing-masing, ada yang bertahan di Bali untuk beberapa hari, ada yang langsung pulang ke kotanya dan ada juga yang sejenak beristirahat sebelum kembali ke kota asal.


Baca juga cerita saya lainnya tentang Sumba disini:


Where’s next?

31 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page