Lasem, Tiongkok Kecil di pesisir utara Jawa Tengah. Kecamatan Lasem terletak di sebelah utara Jawa Tengah yang merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Rembang. Kecamatan kecil yang menyimpan cerita tentang sejarah masa lampau yang menarik untuk ditelusuri.
Lasem dipercaya sebagai awal mula kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia. Pelaut tangguh asal Yunan, Tiongkok Laksama Cheng Ho pun pernah mendaratkan kakinya disini. Bersama pasukannya Laksamana Cheng Ho datang untuk berdagang dan berbaur dengan masyarakat lokal. Sehingga banyak dari pasukannya yang menikah dan memilih menetap di Lasem. Kedatangan etnis Tionghoa ke Lasem diperkirakan pada abad ke-4.
Toleransi bagi Tionghoa dan Lokal merupakan warisan sejak lama
Meski berada dipemukiman mayoritas etnis jawa, nyatanya etnis Tionghoa ini mampu berbaur dengan masyarakat lokal. Sejarah pernah menuliskan bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Lasem pernah bahu membahu melawan penjajah kolonial. Untuk mengenang sejarahnya, masyarakat Lasem mendirikan monumen perjuangan masyarakat etnis Jawa dan Tionghoa yang berada di dalam areal klenteng Cu An Kiong, Klenteng tertua yang berada di Lasem.
Julukan Tiongkok Kecil sepertinya bukan hal yang salah disematkan kepada Lasem karena banyaknya peninggalan bangunan kuno. Arsitektural bangunan Tiongkok kuno banyak tersimpan disini, peninggalan rumah-rumah kuno pun masih terjaga keasliannya sebagai situs cagar budaya yang masih tertata. Jangan kaget bila ke Lasem masih banyak bangunan tua yang masih menjaga bentuk keasliannya hingga saat ini. Salah satu keunikan wisata di Lasem adalah mengunjungi rumah-rumah tua yang usianya mencapai lebih dari 200 tahun di desa-desa yang tersebar di Lasem.
Bangunan kuno yang masih ada menjadi bukti keberagaman yang ada di Lasem
Peninggalan bangunan kuno yang berada di Lasem kini masih ada yang ditempati oleh keluarga keturunannya, ada juga yang sudah berpindah tangan dan juga yang terbengkalai tanpa adanya penghuni.
Bila menelisik lebih mendalam, Tiongkok Kecil ini nyatanya berisikan juga oleh umat Muslim yang berada di dalamnya. Meski dijuluki Tiongkok Kecil, Lasem menjadi tempat berdirinya banyak Pondok Pesantren. Tiongkok Kecil dan Pondok Pesantren hidup harmonis berdampingan. Budaya saling menghargai menjadi nilai yang teramat sangat penting di kecamatan yang berbatasan disebelah barat dengan Rembang ini.
Dengan banyaknya Pondok Pesantren di kecamatan Lasem ini, Lasem pun memiliki julukan sebagai kota santri. Ada lebih dari 10 Pondok Pesantren yang berdiri di Lasem dan tersebar di desa-desa dalam kecamatan Lasem ini.
Salah satunya adalah Pondok Pesantren Kauman Lasem yang berada di desa Karang Turi. Bangunan utama Pondok Pesantren ini adalah sebuah rumah tua bergaya Tiongkok kuno yang memang dulunya dimiliki oleh etnis Tionghoa yang dibeli oleh pendiri Pondok Pesantren lalu dijadikan bangunan utama pondok Pesantren. Di sebelah bangunan utama terdapat juga sebuah pondokan kuno yang menjadi tempat tinggal para santri laki-laki.
Untuk tempat beribadah, Lasem masih memiliki beberapa klenteng Kuno yang hingga kini masih digunakan untuk beribadah. Selain klenteng bangunan masjid yang berada di alun-alun pun sedikit memasukan unsur arsitektur Tionghoa, dapat dilihat dari bentuk kubahnya yang memiliki kesamaan dengan bentuk atap rumah etnis Tionghoa.
Julukan Tiongkok Kecil dan Kota Santri menjadi identitas yang berdiri sama tinggi di Lasem. Hidup berdampingan tanpa adanya perpecahan menunjukkan jati diri bangsa ini yang sebenarnya. Keberagaman suku tidak lantas membuat perpecahan di negeri ini.
Inilah bukti keberagaman etnis yang berbeda namun tetap bisa rukun satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya keinginan untuk menyingkirkan satu dengan lainnya. Bahkan masyarakat Lasem pun sudah mengenal dan mengajarkan kebersamaan dengan etnis Tionghoa sejak jaman kolonia hingga bersatu untuk melawan kesewenang-wenangan kolonial saat itu.
Sejarah panjang Lasem menjadi salah satu harta karun nusantara yang seharusnya menjadi nilai-nilai penting yang harus diketahui. Sejarah menceritakan siapa kita sebenarnya dan bagaimana kita bisa sampai hingga ke titik ini.
Kommentarer